Pengertian Jenis-Jenis Moving Average untuk Pemula – Sahabat cuan kembali suka trading? Tentunya kamu saat ini kembali suka ngotak-ngatik tradingview atau kembali suka belajar analitis teknikal, kan?
Nach, salah satunya tanda yang kerap kamu dapatkan pasti ialah moving average. Tidaklah aneh, karena tanda ini ramai dipakai oleh trader yang pemula atau telah jago.
Tetapi, dibalik reputasinya, moving average rupanya punyai beragam jenis tipe yang dapat kamu pakai sama sesuai keperluan lho, Sahabat Cuan. Apa beberapa jenisnya?
Sepintas Tentang Moving Average
Moving Average (MA) adalah tanda analitis teknikal yang terkenal dipakai oleh trader dan investor. Tanda ini mempunyai tujuan untuk memberikan panduan ke mereka mengenai arah trend harga sebuah asset di masa datang.
Lalu, bagaimanakah cara menyaksikan Moving Average?
Dalam masalah ini, investor dan trader memakai rata-rata gerakan harga sebuah asset dalam sebuah kurun waktu tertentu. Umumnya, bentang saat yang dipakai ialah harian.
Selanjutnya, rata-rata gerakan harian itu dipertemukan dengan rata-rata gerakan harga pada hari lain hingga investor dan trader dapat membaca trend gerakan harga.
Selainnya membaca trend gerakan harga sebuah asset, Moving Average bermanfaat untuk hilangkan imbas fluktuasi harga dalam periode pendek yang berkesan random (acak). Karena, kadang investor atau trader kerap tertipu dan terjerat lakukan keputusan investasi yang salah saat menyaksikan trend gerakan harga seperti begitu.
Moving Average sendiri terbagi dalam beberapa macam bergantung konsentrasi si trader. Apa memang dia ingin menyaksikan trend keseluruhannya atau memberinya berat dan perhatian semakin besar pada satu titik tertentu dalam gerakan harga asset itu.
Kebingungan tidak Sahabat Cuan? Nach, untuk ketahui contoh keterangan di atas, yok baca beberapa jenis Moving Average berikut!
Tipe-Jenis Moving Average
1. Sederhana Moving Average (SMA)
Antara tipe Moving Average yang lain, SMA ialah yang terpopuler. Penghitungannya benar-benar sederhana sama dengan namanya, yaitu semua point data terkini dijumlahkan lalu dipisah dalam jumlah data tersebut dalam waktu periode tertentu.
SMA memakai data bersejarah berbentuk harga paling tinggi, harga paling rendah, harga membuka dan harga tutup. Tanda ini dipakai trader untuk ketahui kapan saat terbaik untuk masuk dan keluar pasar.
Banyak yang dapat kamu peroleh dari perhitungan simpel SMA, seperti titik dukungan dan resistance, sell dan buy dan lain-lain. Info dalam MA didapuk dalam diagram yang mempermudah kamu untuk membaca trendingnya.
2. Exponential Moving Average (EMA)
Serupa dengan SMA, tipe moving average ini juga dipakai untuk meramalkan arah trend dalam masa tertentu. Perbedaannya, karena dihitung secara eksponensial, EMA lebih memberinya berat lebih pada gerakan yang terjadi sekarang ini daripada periode lalu. Maknanya, EMA lebih peka pada momen terbaru daripada SMA.
Ini dilaksanakan untuk menolong investor dalam memberi respon peralihan harga yang terjadi sekarang ini lebih cepat. Dengan demikian, kamu juga dapat semakin cepat memutuskan saat trading.
Bila diagram naik, kamu dapat tentukan titik membeli pada point paling dekat dengan EMA. Kebalikannya, bila garis turun, kamu dapat tentukan titik membeli pada point sedikit di bawah EMA.
Trend ini menolong kamu tentukan titik dukungan dan resistance. Waktu menunda dalam tampilkan trend pada EMA yang pendek benar-benar menolong bila kamu ingin lakukan scalping. Tetapi, kamu harus cermat, kadang EMA memberikan signal palsu lho, Sahabat Cuan.
Untuk hitung EMA, investor harus hitung Sederhana Moving Average lebih dahulu dalam kurun waktu tertentu.
Selanjutnya, untuk memberikan berat ke EMA, investor akan mengalikannya dengan factor pengali (multiplier), di mana formulasinya ialah seperti berikut: [2/(periode MA + 1)]. Sebagai contoh, untuk 20 hari Moving Average, karena itu factor pengalinya ialah [2/(20+1)]= 0,09.
Bagaimana berbeda Sederhana Moving Average dan Exponential Moving Average bila di diagram? Nach, jawabnya dapat kamu dapatkan di chart harga ETH berikut ini yang tampilkan EMA 20 hari (garis ungu) dan SMA 20 hari (garis biru).
Diagram di atas menunjukkan jika EMA selalu lebih dekat sama gerakan harga aslinya. Ini sebagai implementasi jika EMA fokus pada gerakan harga yang lebih baru.
3. Ganda Exponential Moving Average (DEMA)
Ada saatnya beberapa trader memakai lebih satu EMA untuk tentukan momen. Salah satunya yang cukup terkenal ialah ganda exponential moving average.
DEMA terkenal di kelompok trader pemula karena ketepatannya lebih bagus daripada EMA, tetapi aplikasinya tidak begitu susah.
DEMA mereduksi kekuatan signal palsu dari EMA dengan menghitung dalam dua garis yang sebagai wakil dua trend berlainan seperti harga membuka atau harga tutup. Momen dalam DEMA memang lebih lamban daripada EMA, tetapi signal yang diberi lebih orisinal.
Dengan demikian, kamu semakin lebih gampang mengenal peralihan trend tanpa takut PHP.
4. Triple Exponential Moving Average (TEMA)
Tidak cukup dua EMA? Kamu dapat coba tiga! Dengan TEMA, kamu dapat mendatangkan ketepatan trend sama waktu yang bisa lebih cepat.
Ke-3 nya, yaitu EMA, DEMA dan TEMA sering dipadukan untuk hitung trend memakai TRIX. Yaitu, sebuah momen tanda yang dapat memberinya kamu info kapan harga sedang terlampau mahal atau terlampau murah.
5. Weighted Moving Average (WMA)
Moving average tipe ini disebutkan peramal masa datang karena ketepatannya yang tinggi.
Weighted moving average sebagai peningkatan dari moving average dengan menambah berat terbagi dalam penghitungannya. Distribusi beban yang diberi pada data AKAN mempengaruhi ketepatannya. Umumnya, beban yang diberi sekitar 1-100% dan dialokasikan pada masa yang bakal dihitung berdasar harga.
Beban di harga prediksi lebih berat daripada beban di harga bersejarah. Deret ini akan memberikan taHu kamu besaran harga keseluruhan pada sebuah masa. Saat dihidangkan dalam diagram, garisnya jadi benar-benar tepat.
Tidak cuman untuk trader pasar modal, WMA berjasa untuk beberapa stokist dan pedagang ritel untuk hitung stock barang dagangan dan harga rerata yang berfluktuasi.
6. Wilder Smoothing Moving Average (WSMA)
Tipe ini kurang terkenal karena minimnya sensitivitas pada peralihan harga. Moving average ini semakin khusus dipakai untuk menghitung dukungan dan resistance.
Skema penghitungannya serupa dengan EMA, dengan memperhalus noise pasar hingga trend bullish dan bearish bisa dibaca lebih terang. Pengembangnya, yaitu J Welles Wilder, meningkatkan tanda lain seperti RSI, average true kisaran, dan directional movement.
WSMA bisa memberikan kamu gambar yang terang berkenaan kegiatan pasar dengan tampilkan penghitungan periodikal tanpa distorsi.
Maka apa kamu siap memakai tanda MA ini saat trading? Kamu dapat cobanya dengan memakai asset kripto di Bitcoin dan Ethereum yang ada di Pluang!